:strip_icc():format(webp)/kly-media-production/medias/2832426/original/059440700_1560940276-20190619-Rupiah-Menguat-di-Level-Rp14.264-per-Dolar-AS1.jpg)
Liputan6.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup naik empat poin atau 0,02% menjadi 16.834. Sebelumnya rupiah berada di posisi 16.837.
Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia menguat ke posisi 16.833 per dolar AS dari sebelumnya 16.845.
Analis Bank Woori Saudara Rully Nova menuturkan, nilai tukar (kurs) rupiah pada Kamis pekan ini bergerak anomali di tengah mayoritas pelaku pasar risk off menghindari aset-aset berisiko.
“Kurs rupiah hari ini anomali di tengah mayoritas pelaku pasar risk off menghindari aset-aset berisiko dan pasar saham yang masih volatile seiring dengan saling balas tarif antara AS dan China,” ujar dia seperti dikutip dari Antara, di Jakarta, Kamis.
Dia menilai, pelaku pasar menghindari aset berisiko, termasuk dolar AS yang mengalami tren penurunan hingga indeks dolar AS menjadi di bawah 100. Karena itu, investor mengalihkan investasi pada safe haven, yen dan swiss franc dengan kenaikan nyaris sebesar penurunan indeks dollar, yang sebesar 8 persen.
Kendati kurs mata uang Indonesia bergerak anomali, membaiknya harga obligasi negara yang didominasi investor domestik memberikan stabilitas pasar obligasi dan nilai tukar rupiah.
“Obligasi negara mayoritas masih didominasi oleh investor domestik sekitar 80 persen,” ujar Rully.
Rupiah Menguat Tipis di 17 April, Potensi Kalah dari USD Masih Besar
… Selengkapnya
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan menjelang libur panjang. Namun penguatan rupiah ini masih rentan karena ada risiko tertekan karena investor mengkhawatirkan posisi fiskal pemerintah.
Pada Kamis (17/3/2025), nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Kamis pagi di Jakarta menguat sebesar 14 poin atau 0,08 persen menjadi Rp 16.823 per dolar AS dari
Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, kurs rupiah terhadap dolar AS hari ini diperkriakan melemah, seiring sikap investor yang masih mengkhawatirkan posisi fiskal pemerintah Indonesia.
“Investor masih mengkhawatirkan posisi fiskal pemerintah, src=data ekonomi yang masih lemah,” ujarnya dikutip dari Antara.
Seperti diketahui, pemerintah mengumumkan bahwa Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) mencetak defisit Rp 104,2 triliun pada Maret 2025.
Bila dibandingkan dengan kinerja APBN tahun lalu, kas negara masih mencatatkan surplus pada Maret, yakni sebesar Rp 8,07 triliun atau 0,04 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Namun, desain defisit APBN 2024 juga lebih rendah dari tahun ini, yaitu Rp 522,83 triliun atau 2,29 persen terhadap PDB.
Sementara realisasi defisit APBN per Maret 2025 setara 0,43 persen PDB, masih jauh dari desain yang ditargetkan sebesar 2,53 persen PDB atau Rp616,2 triliun.
Nilai defisit diperoleh dari pendapatan negara yang tercatat sebesar Rp 516,1 triliun (17,2 persen) dari target Rp 3.005,1 triliun) dan belanja negara sebesar Rp 620,3 triliun (17,1 persen) dari target Rp 3.621,3 triliun.
Pendapatan negara terdiri dari penerimaan perpajakan sebesar Rp 400,1 triliun (Rp 322,6 triliun dari penerimaan pajak serta Rp 77,5 triliun dari kepabeanan dan cukai) dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) senilai Rp 115,9 triliun. Di sisi lain, belanja negara telah disalurkan melalui belanja pemerintah pusat (BPP) sebesar Rp 413,2 triliun serta transfer ke daerah Rp 207,1 triliun.
Tarif Royalti
… Selengkapnya
Selain itu, rencana penerapan tarif royalti di sektor mineral juga memberikan sentimen negatif terhadap rupiah.
Berdasarkan perkembangan terbaru, peraturan pemerintah yang akan mengatur soal penyesuaian tarif royalti untuk komoditas mineral dan batu bara (minerba) sudah keluar.
Meskipun belum terbit, peraturan tersebut sudah diresmikan. Akan tetapi, terdapat masa transisi sekitar 10 hari sejak Selasa (15/4) untuk mengimplementasikan penyesuaian tarif tersebut.
Melihat faktor global, dolar AS menghadapi tekanan akibat aksi lanjutan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang kembali menaikkan tarif impor AS terhadap China menjadi 245 persen dari sebelumnya 145 persen.
Mengacu berbagai faktor tersebut, kurs rupiah diperkirakan berkonsolidasi dengan kecenderungan melemah di kisaran Rp 16.750-Rp 16.850 per dolar AS.
… Selengkapnya